- Back to Home »
- Annabelle 2014
Posted by : Unknown
Saturday, 13 December 2014
hn Gordon (Ward Horton) dan istrinya, Mia Gordon
(Annabelle Wallis) mungkin bisa dikatakan sebagai
pasangan yang aneh jika tidak ingin disebut unik.
Mia meminta sebuah boneka antik yang telah lama
ia inginkan sebagai hadiah menjelang kelahiran
anak perempuan mereka, Leah, dan John dengan
senang hati memenuhi permintaan istrinya tersebut.
Masalahnya adalah boneka tersebut bukannya
patung plastik berukuran kecil dengan tampang
menarik yang manis dan cantik layaknya Barbie dan
putri-putri di kartun Disney, melainkan sebuah
boneka dengan ekspresi yang mengerikan. Berawal
dari ekspresi, boneka bernama Annabelle itu mulai
membawa hal-hal mengerikan bagi keluarga Gordon.
Sebuah peristiwa terkait tetangga mereka yang
merupakan pemuja setan menjadi penyebabnya,
dimana ada sesuatu yang tetangga mereka itu
tinggalkan didalam Annabelle, sebuah kutukan.
John memang telah membuang Annabelle ke tong
sampah atas permintaan Mia, namun ketika mereka
telah berada di apartement baru Mia dan John
harus kembali bertemu dengan Annabelle, karena
ternyata boneka dengan senyuman dan mata yang
creepy itu belum mendapatkan apa yang inginkan
dari Mia dan John.
Memnag sepakat dengan mereka yang mengatakan
bahwa horor merupakan salah satu genre yang
penuh intrik ketika ia dibangun. Sulit untuk
menemukan sesuatu yang murni baru dari genre ini,
cerita yang familiar dari rumah hantu hingga
kerasukan setan, momen-momen mengejutkan yang
diawali dengan ketenangan, bunyi-bunyi serta
sosok-sosok aneh yang seolah malu-malu untuk
menunjukkan wujudnya, mereka terasa sempit, dan
pada dasarnya para filmmaker di genre horor
mayoritas melakukan daur ulang dengan sedikit
modifikasi kecil yang bahkan terasa implisit pada
karya terbaru mereka, serta memanfaatkan formula
klasik yang masih menjadi kegemaran penontonnya.
Ya, kegemaran, penonton datang, takut-takuti
mereka dengan menggunakan elemen-elemen tadi,
mereka takut, filmmaker berhasil. Hal tersebut yang
menjadi masalah dari Annabelle, bukan hanya skala
kecil tapi dalam kuantitas yang besar dan merusak.
Semuanya ada, dari suasana tenang yang creepy,
istri yang lemah, pengusiran setan, hingga aksi
bermain hide and seek, tapi ketimbang duduk
nyaman dan merasa terombang-ambing bersama
cerita dengan terus memasang mode waspada,
waktu justru sering saya habiskan untuk mencoba
merasa terlibat didalam cerita.
Apakah hal tersebut penting? Ya, itu sebuah trik
ketika anda mendapatkan film horor yang sudah
sangat lemah dari segi cerita. Bukan mengatakan ia
harus tidak klasik dan basi, tapi cara John R.
Leonetti menggunakan kisah yang ditulis oleh Gary
Dauberman untuk menarik masuk penonton kedalam
cerita tidak halus, anda tahu ada boneka
mengerikan, anda tahu ia akan menghantui karakter
manusia, dan anda tahu bencana akan tiba di akhir
cerita, cukup sampai disitu. Yap, tentu saja kita
akan dengan mudahnya memasang ekspektasi pada
boneka tersebut, yang juga menjadi alasan lahirnya
rasa kecewa ketika pada akhirnya kita tahu bahwa
ia tidak lebih seperti tempelan tanpa guna dan
tanpa makna.
Annabelle adalah alasan utama penonton datang ke
teater, Annabelle adalah senjata utama, tapi disini
ia hanya duduk manis tanpa pernah menebar
sensasi yang mumpuni, menyibukkan kita dengan
berbagai hal-hal aneh yang terjadi pada karakter
lain, bahkan hanya sebatas menebak dan menanti
apakah ia akan mengedipkan matanya. Ini yang
terasa sangat mengecewakan, karena ketika tahu
cerita tidak lebih dari mix-up dari berbagai materi
klasik film horor, kemudian gagal terjebak didalam
atmosfir cerita, harapan terakhir terletak pada
Annabelle itu sendiri yang sayangnya juga tidak
mampu memberikan terror yang menarik.
Tidak mengharapkan ia bergerak untuk kemudian
membunuh layaknya Chucky, ini bahkan lebih terasa
seperti permainan psikologis, tapi mengapa
menciptakan sebuah film khusus bagi karakter yang
mereka harapkan dapat menjadi ikonik tapi tidak
menaruh upaya menjadikan karakter itu tampak
menarik sebagai prioritas utama?
Dramatisasi yang terlalu over, kejutan-kejutan yang
terlalu murahan dan tidak efektif, closeup
berantakan, sensasi yang miskin, ini adalah
kemasan yang dipaksakan eksistensinya, lebih
sebagai ajang uji coba sembari memanfaatkan
kesuksesan The Conjuring tahun lalu, copy paste
sana-sini dengan sedikit modifikasi, kemudian taruh
sebuah boneka sebagai fokus utama yang akan
mengalihkan atensi penonton dari betapa kasar dan
tidak menariknya alur cerita yang ia sajikan.
Apakah Annabelle tidak punya hal positif? Sepuluh
menit pertama ia menarik, dan sebuah scene
dengan menggunakan elevator itu harus diakui
berhasil memberikan paranoia baru yang kuat,
selebihnya adalah petualangan ibarat sebuah mobil
yang bermasalah di sistem pembakaran, terkadang
ia berjalan, berhenti, berjalan lagi, dan berhenti lagi,
terasa kasar dan tidak mengalir untuk
memanfaatkan permainan suasana yang ia punya,
tidak mampu menggenggam kuat atensi penonton
dan menjauhkan mereka dari rasa monoton, dan
celakanya itu hadir dalam penceritaan yang seperti
mencoba untuk terbakar secara perlahan.
(Annabelle Wallis) mungkin bisa dikatakan sebagai
pasangan yang aneh jika tidak ingin disebut unik.
Mia meminta sebuah boneka antik yang telah lama
ia inginkan sebagai hadiah menjelang kelahiran
anak perempuan mereka, Leah, dan John dengan
senang hati memenuhi permintaan istrinya tersebut.
Masalahnya adalah boneka tersebut bukannya
patung plastik berukuran kecil dengan tampang
menarik yang manis dan cantik layaknya Barbie dan
putri-putri di kartun Disney, melainkan sebuah
boneka dengan ekspresi yang mengerikan. Berawal
dari ekspresi, boneka bernama Annabelle itu mulai
membawa hal-hal mengerikan bagi keluarga Gordon.
Sebuah peristiwa terkait tetangga mereka yang
merupakan pemuja setan menjadi penyebabnya,
dimana ada sesuatu yang tetangga mereka itu
tinggalkan didalam Annabelle, sebuah kutukan.
John memang telah membuang Annabelle ke tong
sampah atas permintaan Mia, namun ketika mereka
telah berada di apartement baru Mia dan John
harus kembali bertemu dengan Annabelle, karena
ternyata boneka dengan senyuman dan mata yang
creepy itu belum mendapatkan apa yang inginkan
dari Mia dan John.
Memnag sepakat dengan mereka yang mengatakan
bahwa horor merupakan salah satu genre yang
penuh intrik ketika ia dibangun. Sulit untuk
menemukan sesuatu yang murni baru dari genre ini,
cerita yang familiar dari rumah hantu hingga
kerasukan setan, momen-momen mengejutkan yang
diawali dengan ketenangan, bunyi-bunyi serta
sosok-sosok aneh yang seolah malu-malu untuk
menunjukkan wujudnya, mereka terasa sempit, dan
pada dasarnya para filmmaker di genre horor
mayoritas melakukan daur ulang dengan sedikit
modifikasi kecil yang bahkan terasa implisit pada
karya terbaru mereka, serta memanfaatkan formula
klasik yang masih menjadi kegemaran penontonnya.
Ya, kegemaran, penonton datang, takut-takuti
mereka dengan menggunakan elemen-elemen tadi,
mereka takut, filmmaker berhasil. Hal tersebut yang
menjadi masalah dari Annabelle, bukan hanya skala
kecil tapi dalam kuantitas yang besar dan merusak.
Semuanya ada, dari suasana tenang yang creepy,
istri yang lemah, pengusiran setan, hingga aksi
bermain hide and seek, tapi ketimbang duduk
nyaman dan merasa terombang-ambing bersama
cerita dengan terus memasang mode waspada,
waktu justru sering saya habiskan untuk mencoba
merasa terlibat didalam cerita.
Apakah hal tersebut penting? Ya, itu sebuah trik
ketika anda mendapatkan film horor yang sudah
sangat lemah dari segi cerita. Bukan mengatakan ia
harus tidak klasik dan basi, tapi cara John R.
Leonetti menggunakan kisah yang ditulis oleh Gary
Dauberman untuk menarik masuk penonton kedalam
cerita tidak halus, anda tahu ada boneka
mengerikan, anda tahu ia akan menghantui karakter
manusia, dan anda tahu bencana akan tiba di akhir
cerita, cukup sampai disitu. Yap, tentu saja kita
akan dengan mudahnya memasang ekspektasi pada
boneka tersebut, yang juga menjadi alasan lahirnya
rasa kecewa ketika pada akhirnya kita tahu bahwa
ia tidak lebih seperti tempelan tanpa guna dan
tanpa makna.
Annabelle adalah alasan utama penonton datang ke
teater, Annabelle adalah senjata utama, tapi disini
ia hanya duduk manis tanpa pernah menebar
sensasi yang mumpuni, menyibukkan kita dengan
berbagai hal-hal aneh yang terjadi pada karakter
lain, bahkan hanya sebatas menebak dan menanti
apakah ia akan mengedipkan matanya. Ini yang
terasa sangat mengecewakan, karena ketika tahu
cerita tidak lebih dari mix-up dari berbagai materi
klasik film horor, kemudian gagal terjebak didalam
atmosfir cerita, harapan terakhir terletak pada
Annabelle itu sendiri yang sayangnya juga tidak
mampu memberikan terror yang menarik.
Tidak mengharapkan ia bergerak untuk kemudian
membunuh layaknya Chucky, ini bahkan lebih terasa
seperti permainan psikologis, tapi mengapa
menciptakan sebuah film khusus bagi karakter yang
mereka harapkan dapat menjadi ikonik tapi tidak
menaruh upaya menjadikan karakter itu tampak
menarik sebagai prioritas utama?
Dramatisasi yang terlalu over, kejutan-kejutan yang
terlalu murahan dan tidak efektif, closeup
berantakan, sensasi yang miskin, ini adalah
kemasan yang dipaksakan eksistensinya, lebih
sebagai ajang uji coba sembari memanfaatkan
kesuksesan The Conjuring tahun lalu, copy paste
sana-sini dengan sedikit modifikasi, kemudian taruh
sebuah boneka sebagai fokus utama yang akan
mengalihkan atensi penonton dari betapa kasar dan
tidak menariknya alur cerita yang ia sajikan.
Apakah Annabelle tidak punya hal positif? Sepuluh
menit pertama ia menarik, dan sebuah scene
dengan menggunakan elevator itu harus diakui
berhasil memberikan paranoia baru yang kuat,
selebihnya adalah petualangan ibarat sebuah mobil
yang bermasalah di sistem pembakaran, terkadang
ia berjalan, berhenti, berjalan lagi, dan berhenti lagi,
terasa kasar dan tidak mengalir untuk
memanfaatkan permainan suasana yang ia punya,
tidak mampu menggenggam kuat atensi penonton
dan menjauhkan mereka dari rasa monoton, dan
celakanya itu hadir dalam penceritaan yang seperti
mencoba untuk terbakar secara perlahan.
Silakan download videonya di bawah :
Download
Subtitle nya :
Download